kopi hambar rekomendasi mu.
Beri aku senang,
inginku malam ini tidak nangis. Apalagi untuk hal-hal yang tidak begitu
penting. Ingin tidak perduli tetapi terlalu memikirkan ambil pusing hal-hal
kecil. Suka terheran-heran bahkan pada diri sendiri. Duduk sendirian enak
ternyata, sambil melantun kecil ikut-ikut musik asyik yang ku putar dari
ponsel. Alunan gamelan dan alat-alat musik keroncongan selalu menjadi favorit. Favorit
bagiku, tapi tidak untuk sebagian dari mereka yang milenial. Aku lahir dan
tumbuh pada dekade yang kata orang zaman ini, milenial. Dimana teknologi dan
semuanya sudah begitu apik. Padahal lima belas tahun lagi ini semua akan mereka
sebut kuno. Itulah cara bekerja sang waktu, menggilas peradaban. Dan seperti
itulah kehidupan akan terus berlanjut.
Omong-omong, tadi aku mencoba es kopi di
minimarket tempat ku menunggu ojek online yang kupesan untuk pulang setiap
hari. Cukup murah, dibanding kopi susu yang ku beli di kedai kopi yang saling
berlomba menyajikan tempat sekeren mungkin untuk dijadikan objek berfoto. Tapi sayang,
rasanya sedikit hambar, mungkin karena es batu yang melarut lalu menetralkan
si kopi atau takaran yang tidak sesuai resepnya. Entah. Aku hanya pandai menebak-nebak. Tapi gak apa-apa. Tetap ku minum, menghargai mas minimarket yang memberiku
rekomendasi kopi itu.
guudd bgtt kawan yang satu ini
BalasHapus