Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

kemudian, mati.

hari ini mau kopi apa teh? tapi jangan memohon untuk ku seduhkan dua-duanya. sapu halaman belakang dengan sapu lidi. jangan lupa airi daun telo-telo di pekarangan. hari ini awan berserakan seolah dihempaskan begitu saja dari atas. matahari menyelinap masuk dari setiap selanya. katanya sudah ada janji dengan pohon beringin di ujung lapangan untuk membantunya berfotosintesis.  degup jantung dan kedut nadi sudah digariskan-Nya begitu, mengatur bimbang dan segala perhitungan perputaran bulan pada bumi yang saling mengagumi dalam diam, saling menatap tanpa kata, tenggelam dan larut dalam inti satu sama lain. lukisan di dinding mu kemudian menghantarkan debu dari atap lalu setelahnya jatuh dan tertiup angin kosong. tanpa sarat, tanpa arti, tanpa ada niat ingin menyalahkan.  dan apa arti kita yang dulu, jika sekarang semua sudah begitu berbalik arah. sedikit demi sedikit, penuh kepastian menghantarkan pada ruang hampa nun senyap. terlampau buram, cahayanya sudah temaram lalu mati dil

dinding tebing berlumut basah

     Esensi penting penopang malam sudah tersemat di jemari ku. jangan coba-coba beri aku sedih, atau kan ku guncangkan langit diatas kepala mu, rindu di ujung sukma mu, bendungan di pelupuk mata mu! dan bulan bintang sudah selayaknya kerabat dekat begitu melekat tak ingin saling meninggalkan. bisik-bisik gemuruh angin dari barat menghantarkan sarat bahwa dia merindu akan kamu. hihi lucu.       Lalu apa yang malam tawarkan hari ini? lagu cinta? dongeng dayang sumbi? atau air mata? tidak, tidak untuk saat ini. nafas angin malam campur aduk debu halus kendaraan berasap milik ibukota akan menjadi kawan. rentetan cerita serta kisah baik dari sisi yang di tinggalkan dan meninggalkan. sama-sama memegang kuat alasan, tidak ingin saling terbantahkan. otak sekokoh dinding tebing berlumut yang basah  menyimpan banyak teka dan teki. dan aku akan setia menerka-nerka siapa yang akan masuk neraka. bukan, bukan neraka yang seperti itu. neraka rasa sesal, neraka yang menyesakkan dada hanya tepat

kopi hambar rekomendasi mu.

      Beri aku senang, inginku malam ini tidak nangis. Apalagi untuk hal-hal yang tidak begitu penting. Ingin tidak perduli tetapi terlalu memikirkan ambil pusing hal-hal kecil. Suka terheran-heran bahkan pada diri sendiri. Duduk sendirian enak ternyata, sambil melantun kecil ikut-ikut musik asyik yang ku putar dari ponsel. Alunan gamelan dan alat-alat musik keroncongan selalu menjadi favorit. Favorit bagiku, tapi tidak untuk sebagian dari mereka yang milenial. Aku lahir dan tumbuh pada dekade yang kata orang zaman ini, milenial. Dimana teknologi dan semuanya sudah begitu apik. Padahal lima belas tahun lagi ini semua akan mereka sebut kuno. Itulah cara bekerja sang waktu, menggilas peradaban. Dan seperti itulah kehidupan akan terus berlanjut.      Omong-omong, tadi aku mencoba es kopi di minimarket tempat ku menunggu ojek online yang kupesan untuk pulang setiap hari. Cukup murah, dibanding kopi susu yang ku beli di kedai kopi yang saling berlomba menyajikan tempat sekeren mungkin un