dinding tebing berlumut basah

     Esensi penting penopang malam sudah tersemat di jemari ku. jangan coba-coba beri aku sedih, atau kan ku guncangkan langit diatas kepala mu, rindu di ujung sukma mu, bendungan di pelupuk mata mu! dan bulan bintang sudah selayaknya kerabat dekat begitu melekat tak ingin saling meninggalkan. bisik-bisik gemuruh angin dari barat menghantarkan sarat bahwa dia merindu akan kamu. hihi lucu. 

     Lalu apa yang malam tawarkan hari ini? lagu cinta? dongeng dayang sumbi? atau air mata? tidak, tidak untuk saat ini. nafas angin malam campur aduk debu halus kendaraan berasap milik ibukota akan menjadi kawan. rentetan cerita serta kisah baik dari sisi yang di tinggalkan dan meninggalkan. sama-sama memegang kuat alasan, tidak ingin saling terbantahkan. otak sekokoh dinding tebing berlumut yang basah  menyimpan banyak teka dan teki. dan aku akan setia menerka-nerka siapa yang akan masuk neraka. bukan, bukan neraka yang seperti itu. neraka rasa sesal, neraka yang menyesakkan dada hanya tepat setiap kau mencoba mengingatnya. 

     Jadi, siapa yang akan menang? pertarungan ini fana. nyata hanya setiap kau memejam mata. gelap lalu senyap, menghantarkan perasaan yang merayap, mengoyak dan meragas keilhaman sukma. dan matahari bersinar seiringan dengan menguapnya titik air yang jatuh diatas daun panjang yang berkelok. tak usah banyak mengutarakan tanya. cukup lihat dan mencoba paham apa yang di jajakan. tak usah membeli apalagi menawar harga. diam dan perhatikan. setelahnya kau akan paham apa yang menjadi jawabnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22, please be nice to me. I beg u.

In All The Hurly-Burly : ‘Please, Stay Sane.’

boleh beri pinjam?