Rumah dan segala hal di dalamnya.

Bersama kasur aku terlelap dan merebahkan diri, menjamu mimpi dan mengambil peran atas skenario yang entah bagaimana sudah terbait. 

Rumah, kamar, dan— kasur. 


Sebuah pelarian sekaligus wadah yang menampung segala emosi, keluh kesah, kesenangan pun penderitaan yang datang silih berganti. 


Pada bantal bersarung coklat itu ku tumpahkan tangis keputusasaan atas dunia yang terkadang melecehkan ku begitu mudahnya. 


Pada selimut bulu bertema safari yang beralih fungsi menjadi penyeka tiap derai yang menetes begitu saja. 


Pada guling lusuh itu pun makian keras terlontar atas kesalahan yang tidak pernah ia buat. 


Mereka tidak pernah membenci, alih-alih membawa ku pada tidur yang lelap. Meluruhkan segala lelah dan letih yang tertengger di bahu, dengan sepenuh hati memeluk, memberiku nyaman, mendatangkan istirahat yang selalu di inginkan raga dan pikiran yang lelah.


Pada atap kamar yang terkadang mendatangkan genangan dikala langit berair, tidak apa. Setidaknya ia sudah berusaha melindungi, berusaha kuat dan tegar di segala terpaan walau akhirnya terluka juga. 


Aku menghargainya. 


Rumah, Kamar dan segala sesuatu di dalamnya merupakan sebuah kesatuan. Dalam lindungnya kita berteduh, meminta tempat untuk beristirahat, memberi jeda pada dunia yang penuh kejutan. 


Namun pada satu yang lebih besar dan mega dari apapun, Tuhan dengan segala nikmat dan berkahnya dalam bentuk dan hal terkecil yang hadir di setiap hari-hari. Terimakasih…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

22, please be nice to me. I beg u.

In All The Hurly-Burly : ‘Please, Stay Sane.’

boleh beri pinjam?